Kamis, 10 Januari 2013

Perawatan Paliatif, Perawatan yang Tidak untuk Menyembuhkan

Perawatan Paliatif, Perawatan yang Tidak untuk Menyembuhkan


perawatan paliatifKita semua akan mati. Kematian tidak bisa dihindari dan semua orang cepat atau lambat pasti akan menemuinya. Bagi sebagian orang, kematian adalah hal yang menakutkan. Mereka tidak mau memikirkan, apalagi membicarakannya. Sebagian orang lain menganggap kematian adalah hal yang biasa, sebagai awal kehidupan baru di akhirat.
Karena setiap orang akan mati, setiap orang juga akan melalui proses sekarat. Ada yang cepat, ada juga yang lambat, menyakitkan dan menyengsarakan. Di sinilah perawatan paliatif diperlukan.

Apakah perawatan paliatif?

Definisi perawatan paliatif menurut WHO (2002) adalah “pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal dan penilaian serta terapi rasa sakit dan masalah lain–baik fisik, psikososial maupun spiritual”.
Paliatif berasal dari bahasa Latin pallium, sejenis jubah pada zaman Yunani kuno dan Romawi. Paliatif berarti berfungsi seperti jubah yang melindungi, menyamankan, dan menyembunyikan atau mengurangi keburukan. Perawatan paliatif adalah perawatan yang menyelubungi seorang yang sakit dengan terapi yang penuh cinta kasih. Perawatan ini tidak hanya memikirkan aspek fisik, tetapi juga termasuk kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual seseorang.
Perawatan paliatif tidak lagi ditujukan untuk penyembuhan, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien di sisa usianya. Perawatan ini diberikan ketika tidak ada lagi peluang kesembuhan secara medis. Perawatan hanya ditujukan untuk mengurangi penderitaan sebanyak mungkin. Selain itu, ada penekanan pada perawatan psikologis untuk pasien dan orang-orang dekatnya. Pasien dipersiapkan untuk meninggal dunia dengan tenang dan mengakhiri kehidupan secara bermartabat.

Sejarah perawatan paliatif

Perawatan paliatif mulai dikenalkan pada tahun 60-an di Inggris oleh Cicely Saunders. Dia adalah peletak konsep dasar perawatan paliatif. Sebagai perawat, pekerja sosial dan kemudian dokter, Cicely banyak menghadapi pasien yang sakit parah dan tergerak untuk melakukan sesuatu bagi mereka. Filosofi dasar perawatannya adalah bahwa kematian adalah fenomena yang sama alaminya dengan kelahiran, sehingga melihat kematian sebagai proses yang harus meneguhkan hidup dan bebas dari rasa sakit.
Berkat jasanya, saat ini ada sekitar 220 panti perawatan paliatif (hospis) di Inggris dan lebih dari 8.000 di seluruh dunia. Di Indonesia, perawatan paliatif baru mulai berkembang akhir-akhir ini. Perawatan paliatif pertama dimulai pada tahun 1992 oleh RS Dr. Soetomo (Surabaya), yang disusul oleh RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS Sanglah (Denpasar).

Karakteristik perawatan paliatif

Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan melayani sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya, baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dll.
Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:
  • Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
  • Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.
  • Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
  • Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
  • Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
  • Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah kematian.
  • Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
  • Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi perjalanan penyakit.
  • Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

Siapa yang mendapatkan perawatan paliatif?

Pada awalnya, perawatan paliatif hanya diberikan kepada pasien kanker stadium akhir yang tidak mungkin sembuh. Namun, kini perawatan juga diberikan kepada pasien penyakit-penyakit lain yang mengancam jiwa seperti HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru, dan penyakit saraf. Lamanya perawatan paliatif mungkin hanya beberapa hari, tapi juga mungkin beberapa bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar