Selasa, 08 Januari 2013

sulit BAB

Gangguan saluran cerna seperti muntah, diare, nyeri perut, sulit BAB merupakan gejala penyakit yang sering dikeluhkan pada penderita anak. Penyakit alergi tampaknya berperanan paling utama sebagai penyebab dalam kasus tersebut. Alergi tampaknya dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita tanpa terkecuali, khususnya saluran cerna. Gangguan organ tubuh seperti saluran cerna sering kurang perhatian sebagai target organ reaksi yang ditimbulkan dari alergi makanan. Selama ini yang dianggap sebagai target organ adalah kulit, asma dan hidung. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan eliminasi makanan tertentu pada anak gejala sulit BAB dapat membaik.
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan sulit buang air besar adalah adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obatan pencahar dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala alergi dapat dikurangi.

ALERGI MAKANAN
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak. Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit alergi adalah adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien berobat ke dokter keluarga.

IMATURITAS SALURAN CERNA
Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergi ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan rusaknya bahan penyebab alergi (denaturasi allergen). Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen (penyebab alergi) masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak saluran cerna masih imatur (belum matang). Sehingga sistim pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.
Saluran cerna adalah target awal dan utama pada proses terjadinya alergi makanan. Karena penyebab utama adalah imaturitas (keitidak matangan) saluran cerna maka gangguan pencernaan yang disebabkan karena alergi paling sering ditemukan pada anak usia di bawah 2 tahun, yang paling sensitif di bawah 3 bulan. Dengan pertambahan usia secara bertahap imaturitas saluran cerna akan semakin membaik hingga pada usia 5 atau 7 tahun. Hal inilah yang menjelaskan kenapa alergi makanan khususnya sulit buang air besar akan berkurang dengan pertambahan usia terutama di atas 5 atau 7 tahun. Meskipun demikian beberapa kasus bisa berlanjut pada usia dewasa.
SULIT BUANG BESAR
Sulit buang besar biasanya ditandai dengan tidak buang air besar tiap hari atau lebih yang berlangsung dalam jangka lama dan hilang timbul. Sering disertai sulit buang besar ditandai sakit bila buang air besar, ngeden, kotoran berwarna hitam, hijau, keras dan kadang berbentuk bulat seperti kotoran kambing.
Gangguan sulit buang air besar biasanya bisa dideteksi sejak dini. Hal ini dapat dicermati pada salah satu orangtua terutama yang mempunyai wajah yang sama dengan anak juga mengalami sulit buang air besar atau wasir. Pada bayi baru lahir hingga terutama hingga usia 3 bulan biasanya ditandai tidak BAB tiap hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”, meteorismus (kembung), muntah, sering flatus (buang angin), diare atau kolik. Gejala ringan biasanya ditandai bayi sering hiccups atau cegukan yang sering dan agak lama. Gejala ini disertai oleh gerakan seperti mengejan (“ngeden”) pada perut. Biasanya anak tampak sering “mulet” dengan gerakan tangan sering bergerak lurus ke atas dengan disertai bunyi seperti mengejan di mulut dan perut mengeras. Kadang juga disertai keluhan “ngeden” bila sedang buang air kecil. Bila buang air besar tampak sulit (ngeden) padahal bentuk feses lembek atau bahkan cair.
Bila keluhan dalam derajat yang tidak ringan sering timbul kolik. Gangguan kolik biasanya ditandai bayi sering rewel seperti kesakitan atau menangis terus menerus tanpa sebab. . Gangguan ini biasanya lebih sering terjadi pada malam. Gangguan inilah yang mengakibatkan bayi sering tidak bisa tidur malam hari dan siang hari jam tidurnya sangat panjang. Kolik diduga karena perut bayi mengalami nyeri dan sakit. Penelitian yang dilakukan penulis, bayi yang mempunyai gejala kolik saat usia 2 hingga 7 tahun beresiko terjadi keluhan sakit perut yang berulang. Hal lain didapatkan penderita kolik beresiko terjadi gangguan nyeri perut saat timbul demam.
Dalam buang air besarpun sering terjadi gangguan, biasanya sulit BAB atau malahan diare. Dikatakan sulit BAB, selain “ngeden” biasanya bayi tidak bisa BAB setiap hari. Sebaliknya bisa juga terjadi BAB yang sering, pada bayi usia kurang 1 bulan frekuensinya lebih 4 kali perhari atau usia di atas 1 bulan lebih dari 2 kali perhari. Bentuk feses biasanya cair atau bahkan keras, berwarna hijau atau gelap dan berbau tajam. Pada anak yang lebih besar tampilan kotoran feses yang terjadi adalah bulat-bulat seperti kotoran kambing.
Pada lidah sering ditemukan berwarna putih kotor, perubahan itu terjadi karena lidah merupakan bagian dari dari saluran cerna. Bila lidah berubah warna harus diwaspadai sebagai tanda gangguan pada pencernaan. Gangguan buang air besar dapat berupa sulit buang air besar (tidak setiap hari) atau malahan sering buang air besar sebanyak 3 kali atau lebih pada usia di atas 2 minggu .
Pada anak yang lebih besar dapat berupa nyeri perut berulang, sering muntah, buang air besar (>2 kali perhari), gangguan buang air besar (kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, sulit berak, sering flatus (buang angin), sariawan, mulut berbau dan lidah sering kotor berbentuk pulau atau sariawan (geographic tongue).

GEJALA YANG MENYERTAI
Gangguan pada saluran cerna biasanya sering disertai oleh gangguan kulit (dermatitis atopi) dan gangguan pada hidung. Tanda dan gejala alergi pada kulit biasanya sudah dapat di deteksi sejak lahir. Bayi yang baru lahir apabila sejak dalam kandungan sudah terpapar oleh pencetus alergi tampak terdapat bintil dan bercak kemerahan dan kusam pada kulit dahi dan wajah, kadang disertai timbulnya beberapa bintil kecil warna putih di hidung. Pada bayi sering timbul dermatitis atopi di pipi, daerah popok (dermatitis diapers) dan telinga, kadang dijumpai dermatitis seboroikum atau timbul kerak di kulit kepala. Sering juga timbul bintik kemerahan di sekitar mulut. Kadang timbul furunkel (bisul) di kepala dan badan. Mata dan telinga sering gatal dan digosok-gosok. Karena sering timbul gangguan kulit di sekitar leher dan kepala, seringkali disertai pembesaran kelenjar kepala bagian belakang dekat telinga.
Pada anak yang lebih besar sering urticaria (gatal), miliaria (biang keringat), bengkak di bibir, vaskulitis atau pembuluh darah yang pecah) dengan gambaran lebam biru kehitaman seperti bekas terbentur, bercak ke hitam seperti bekas digigit nyamuk.
Perbedaan lokasi alergi kulit sesuai dengan usia tertentu. Pada bayi sering lokasi alergi sekitar wajah dan daerah popok, pada usia anak lokasi tersebut biasanya berpindah pada darerah lengan dan tungkai. Sedangkan pada anak yang lebih besar atau usia dewasa lokasi alergi kulit biasanya pada pelipatan dalam antara lengan atas dan bawah atau pelipatan dalam antara tungkai atas dan bawa. Pada anak di bawah 2 tahun, tanda yang paling sensitif untuk mengetahui bahwa gangguan saluran cerna itu terjadi adalah adanya gangguan tidur malam. Artinya bila gangguan tidur malam itu sering terjadi disertai gangguan saluran cerna maka harus diwaspadai adanya makanan alergi yang masih terkonsumsi.
Mulut adalah termasuk salah satu bagian dari sistim saluran cerna. Bila saluran cerna terganggu karena alergi makanan biasanya tampak juga gangguan pada organ tubuh di daerah mulut di antaranya lidah, gigi dan bagian di rongga mulut lainnya.
Pada bayi lidah sering tampak kotor berwarna putih (like moniliasis symptoms) , gejala ini mirip gangguan jamur pada lidah atau moniliasis sejenis jamur pada mulut. Bedanya pada alergi warna putih hanya tipis dan tidak terlalu tebal, namun pada moniliasis tampak lebih tebal. Bila gangguan tersebut karena jamur biasanya dengan obat tetes mulut jamur akan cepat membaik, namun bila karena alergi biasanya diberi obat jamur tetap tidak akan membaik dan tetap sering timbul. Bila karena alergi sebaiknya tidak perlu diberi obat jamur, namun cukup dibersihkan dengan kasa basah.
Pada anak yang lebih besar gangguan alergi bisa menimbulkan sariawan atau luka (aphtous ulcer) pada lidah dan mulut yang sering berulang. Biasanya juga disertai lidah kotor mirip gambaran pulau-pulau atau geographic tounge).
Gangguan lain adalah timbulnya nyeri gigi atau gusi yang bukan di sebabkan karena infeksi atau gigi berlubang. Gangguan ini biasanya sering dianggap sebagai impacted tooth (gigi yang tumbuhnya miring).

KELUHAN SULIT BUANG AIR BESAR TIMBUL SAAT TIMBUL INFEKSI
Bila pada anak didapatkan gejala infeksi dengan keluhan demam, batuk atau pilek maka sering didpatkan gangguan sulit buang air besar dapat terjadi. Penderita yang sebelumnya mempunyai riwayat gangguan sulit buang air besar, akan mengalami gangguan sulit buang air besar bila sedang mengalami demam atau infeksi apapun pada tubuhnya. Misalnya, saat infeksi tenggorokan disertai sakit perut, saat demam tinggi disertai sulit buang air besar. Keadaan seperti ini sering dikaitkan dengan pemberian obat saat sakit, padahal gangguan tersebut belum tentu karena pemberian obat,

KOMPLIKASI
Bila terjadi gangguan saluran cerna, komplikasi yang sering terjdi adalah berak darah, kesulitan makan, timbul benjolan kecil di daerah anus bila berkelanjutan beresiko wasir (ambein) dan gangguan perilaku anak.
Banyak kasus sulit buang besar mengalami overtreatment atau terapi berlebihan dan jangka panjang dengan pemberian obat pencahar baik melalui oral (minum) atau melalui anus.
Beberapa kasus penderita sulit buang air besar mengalami overdiagnosis sebagai penyakit hirschprung. Overdiagnosis artinya belum terbukti sebagai penyakit hirschprung tetapi divonis dan dioperasi sebagai penyakit tersebut. Penyakit hirschprung adalah gangguan sulit buang air besar yang disebabkan karena tidak adanya ganglion atau persarafan usus besar di daerah sekitar anus. Gangguan ini harus dipastikan dengan biopsi dan harus dilakukan operasi untuk menghilangkan sebagian usus. Penulis pernah mendapatkan beberapa penderita yang divonis sebagai penyakit hirschprung karena berdasarkan pemeriksaan foto barium dan harus melakukan operasi. Saat dilakukan eliminasi beberapa makanan penyebab alergi ternyata gangguan kesulitan buang air besar tersebut tersebut dapat membaik. Berdasarkan pengalaman tersebut sebaiknya bila diagnosis hirscprung meragukan atau tampilan klinisnya tidak jelas sebaiknya harus dipikirkan dahulu apakah faktor alergi berperanan dalam kasus tersebut.
Gangguan sulit buang air besar sering berkaitan dengan kesulitan makan pada anak. Penulis telah mengadakan penelitian terhadap 45 kasus anak sulit makan dan sulit buang air besar, Setelah dilakukan elimnasi makanan penyebab alergi makanan selama 3 minggu, didapatkan perbaikkan sulit makan dan buang air besar secara bersamaan.
Alergi pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Terakhir terungkap bahwa alergi ternyata bisa mengganggu fungsi otak, sehingga sangat mengganggu perkembangan anak Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka timbul ganguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan hiperaktifitas, gangguan emosi, gangguan perkembangan motorik, gangguan tidur malam, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala ADHD dan Autis.
Gangguan pencernaan inilah yang bisa mengakibatkan rangsangan atau gangguan ke otak meningkat. Gangguan ke otak itu sendiri banyak menimbulkan keluhan perkembangan dan perilaku pada anak. Sehingga sekecil apapun gangguan pencernaan tersebut timbul berulang maka harus diwaspadai lebih dini. Hal itu akan diungkap selanjutnya lebih jelas.

DIAGNOSIS ALERGI MAKANAN DAN SULIT BUANG AIR BESAR
Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.
Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”. Bila setelah dilakukan eliminasi beberapa penyebab alergi makanan selama 3 minggu didapatkan perbaikan dalam gangguan sulit buang air besar tersebut, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah alergi makanan.

PENANGANAN
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan sulit buang air besar adalah adalah dengan menghindari makanan penyebabnya. Pemberian obat-obat anti alergi dan obat untuk saluran cerna dalam jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Pada beberapa kasus sulit buang air besar pada bayi yang mengkonsumsi ASI, harus diperhatikan konsumsi diet ibu yang dapat mempengaruhi gangguan pada bayi. Bila sudah dilakukan intervensi atau pengaturan diet pada ibu dan gangguan sulit buang air besar tetap ada biasanya gangguan tersebut akan membaik setelah pemberian makanan. Dalam kasus terakhir ini diduga faktor kadar laktosa ASI yang tinggi berpengaruh pada gangguan tersebut.
Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, maka gejala alergi dan gangguan perilaku yang menyertai dapat dihindari. Deteksi gejala alergi makanan khususnyagangguan sulit buang air besar pada anak harus dilakukan sejak dini. Sehingga pengaruh alergi makanan terhadap gangguan tersebut dapat mencegah komplikasi atau gangguan perilaku yang dapat ditimbulkannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar