Efek Menunda Imunisasi
Imunisasi merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena
sangat berpengaruh pada pertumbuhan bayi yang baru saja lahir. Setelah
dilahirkan, bayi memiliki jadwal vaksin untuk menambah sistem kekebalan
tubuh mereka. Namun, saat ini rupanya banyak orang tua yang menganggap
enteng mengenai jadwal vaksinasi bayi dan cenderung menunda. Bolehkah
menunda pemberian imunisasi pada anak? Apakah menunda pemberian vaksin
pada bayi bisa berpengaruh buruk pada anak? Peneliti menunjukkan bahwa
bayi yang terlambat diimunisasi biasanya mendapatkan lebih sedikit
vaksin dari yang seharusnya didapatkan.
Imunisasi merupakan usaha tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap suatu penyakit. Jika jeda atau interval dari pemberian satu vaksin ke vaksin ulangannya cukup jauh, maka kemampuan tubuh untuk mengenali suatu virus atau bakteri menjadi lebih lama.
Hanifah menjelaskan, sebenarnya pilek, demam ringan, atau batuk bukanlah kontraindikasi terhadap imunisasi sehingga imunisasi tidak perlu ditunda. “Yang termasuk kontraindikasi adalah adanya gangguan kekebalan tubuh seperti anak yang menderita kanker atau HIV/AIDS,” tandasnya.
Namun apabila orangtua merasa cemas jika anaknya yang sedang kurang fit diimunisasi, boleh saja imunisasi ditunda beberapa hari.
Mengenai adanya efek samping setelah anak diimunisasi biasanya hal itu tergantung pada kekebalan tubuh. Efek samping yang sering ditemui pasca imunisasi antara lain bengkak dan kemerahan di sekitar lokasi suntikan, demam ringan, atau anak menjadi agak rewel.
Namun para ibu diharapkan tak perlu takut pada efek samping pasca imunisasi yang biasanya ringan. Yang perlu ditakutkan adalah penyakit yang mungkin timbul jika anak tidak dilindungi imunisasi.
Jadwal imunisasi yang dibuat oleh dokter
sebenarnya dirancang berdasarkan efektivitas kerja vaksin dan reaksi
kekebalan tubuh anak. Karena itulah pemberian imunisasi sesuai jadwal
akan menghasilkan hasil yang optimal.
Tetapi kebanyakan orangtua sengaja
menunda jadwal imunisasi karena kondisi anaknya dirasa sedang tidak fit.
Adakah efek penundaan tersebut terhadap kekebalan tubuh anak?
Menurut dr.Hanifah Oswari, spesialis anak dari FKUI/RSCM Jakarta,
pada dasarnya tidak ada kata terlambat untuk memberikan imunisasi pada
anak. “Terlambat boleh saja selama si anak belum kena penyakitnya,”
katanya.Imunisasi merupakan usaha tubuh untuk membentuk kekebalan terhadap suatu penyakit. Jika jeda atau interval dari pemberian satu vaksin ke vaksin ulangannya cukup jauh, maka kemampuan tubuh untuk mengenali suatu virus atau bakteri menjadi lebih lama.
Hanifah menjelaskan, sebenarnya pilek, demam ringan, atau batuk bukanlah kontraindikasi terhadap imunisasi sehingga imunisasi tidak perlu ditunda. “Yang termasuk kontraindikasi adalah adanya gangguan kekebalan tubuh seperti anak yang menderita kanker atau HIV/AIDS,” tandasnya.
Namun apabila orangtua merasa cemas jika anaknya yang sedang kurang fit diimunisasi, boleh saja imunisasi ditunda beberapa hari.
Mengenai adanya efek samping setelah anak diimunisasi biasanya hal itu tergantung pada kekebalan tubuh. Efek samping yang sering ditemui pasca imunisasi antara lain bengkak dan kemerahan di sekitar lokasi suntikan, demam ringan, atau anak menjadi agak rewel.
Namun para ibu diharapkan tak perlu takut pada efek samping pasca imunisasi yang biasanya ringan. Yang perlu ditakutkan adalah penyakit yang mungkin timbul jika anak tidak dilindungi imunisasi.
“Kebanyakan orang tua yang menunda
imunisasi bayi mereka tak mendapatkan semua vaksin yang
direkomendasikan,” tulis majalah Time. Time menengarai bahwa meskipun
bayi yang terlambat diimunisasi lebih sering mengunjungi dokter,
rata-rata mereka hanya mendapatkan 6,4 suntikan, bukan 10,4 suntikan
seperti bayi lain yang melakukan imunisasi sesuai jadwal.
“Orang tua yang terlambat melakukan
imunisasi pada bayi mereka juga harus membayar biaya lebih mahal,” kata
Dr Rodney Willoughby, anggota komite American Academy of Pediatrics,
pada HealthDay.
“Kedua, jadwal imunisasi tidak
ditetapkan secara acak. Jadwal itu dibuat berdasarkan hasil penelitian
tahunan dan percobaan klinis yang menentukan kapan tubuh anak bisa
merespon imunisasi secara optimal serta kapan mereka akan menghadapi
risiko terbesar untuk terkena penyakit yang bisa menyebabkan komplikasi
serius atau kematian. Jadwal itu ditentukan agar anak mendapatkan
perlindungan maksimal,” tambahnya, seperti dilansir oleh Live Science.
Steve Robinson, penulis dan epidemiolog,
membenarkan hal ini dan menambahkan bahwa antibodi yang dimiliki bayi
saat lahir memberikan perlindungan alami yang bisa mengganggu kinerja
vaksin jika diberikan pada waktu yang salah.
Para peneliti tidak yakin apakah data
yang mereka dapatkan di Polandia ini bisa diterapkan pada negara lain.
Namun, penelitian ini memberikan gambaran bahwa tak seharusnya orang tua
menunda memberikan imunisasi pada anak-anak mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar