Keringat yang keluar berlebih kerap bikin masalah. Selain menimbulkan
bau badan, kelebihan keringat juga dapat menandakan gejala penyakit
serius. Jangan sepelekan, karena bisa mengancam keselamatan jiwa.
Perlu diketahui, keringat diproduksi oleh kelenjar keringat atau
kelenjar sebacea. Letaknya berada di jaringan bawah kulit. Kelenjar
keringat memproduksi cairan keringat atas perintah sususan syaraf
otonom.
“Sususan syaraf otonom bekerja tanpa kesadaran manusia. Sama seperti
detak jantung, gerak usus, gerak napas, serta keadaan ingin buang air
kecil atau besar,” papar Dr. Imran Nito, SpPD dari di RS Omni Medical
Center (Ongkomulyo), Pulomas, Jakarta Timur.
Kelenjar keringat yang dipengaruhi sususan syaraf otonom ini, lanjut
Imran, bersifat unik. Sebab dapat mempengaruhi kelenjar keringat yang
bukan berada di daerah umum, melainkan di daerah-daerah khusus.
“Misalnya, pada orang yang gugup atau ketakutan, telapak tangannya
basah karena keringat, sementara badannya tidak. Namun, bagi orang
normal, jika berolahraga badannya yang akan berkeringat, tetapi telapak
tangannya kering tidak berkeringat. Ini yang membedakan
kelenjar-kelenjar keringatnya.”
Keringat yang keluar dari tubuh, selain dipengaruhi susunan syaraf
otonom, juga dipengaruhi susunan syaraf metabolik. Pada sebagian orang,
justru komponen metabolik tubuhnya yang memengaruhi kelenjar
keringatnya, yang memacu keringat diproduksi lebih cepat dan banyak.
Kelainan metabolisme ini salah satunya adalah kelebihan hormon tiroid
atau hipertiroid.
PENYEBAB BAU BADAN
Kelenjar keringat yang memproduksi komponen air keringat ini, kata
Imran, dipengaruhi faktor hormonal. Sehingga, ada sebagian orang yang
memiliki komponen minyak atau lemak pada cairan keringatnya lebih banyak
dibandingkan dengan yang lainnya.
Ketika cairan keringat keluar dari tubuh dan muncul di permukaan
kulit, akan dicerna oleh bakteri atau mikroorganisma yang hidup secara
saprofit atau parasit (menumpang) di permukaan kulit. Cairan keringat
ini lalu teroksidasi dan terfermentasi oleh bakteri.
Hal inilah yang membuat keringat menjadi berbau setelah keluar dari
tubuh. Kondisi ini biasa disebut dengan bau badan (BB). Padahal, pada
awal keluarnya, cairan keringat berwarna bening dan tidak berbau.
“Seperti makanan, jika sudah terkena bakteri ia akan terfermentasi dan
berubah menjadi basi dan berbau busuk.”
Pada beberapa orang yang memiliki material lemak yang banyak di dalam
keringatnya, ketika keluar di daerah-daerah yang lembap lalu dicerna
oleh bakteri, bau keringatnya akan menjadi lebih menyengat dibandingkan
orang yang material lemak keringatnya tidak terlalu banyak atau normal.
Oleh karena itu, pada orang normal bakteri yang ada di permukaan
kulitnya tidak akan terlalu banyak mencerna cairan keringat yang keluar.
“Jadi, bau keringat pada orang yang komponen lemak keringatnya normal,
akan tercium samar-samar atau tipis saja,” kata Imran.
Keringat paling banyak keluar di daerah kepala dan punggung. Namun,
keringat di kepala dan punggung tidak berbau karena berada di daerah
yang lebih terbuka, sehingga lebih cepat kering.
Lain halnya dengan keringat yang keluar di daerah lembap, seperti
ketiak, lipatan paha, lipat payudara, atau perut yang posisinya
tersembunyi. Bau keringat di daerah ini sukar untuk lepas karena air
keringatnya terbendung dan sulit untuk cepat kering.
Menurut Imran, Indonesia sebagai negera tropis, tingkat kelembapannya
cukup tinggi. Tidak seperti di Timur Tengah yang panas namun kering.
Sehingga, iklim yang lembap bisa mengakibatkan keringat terasa lebih
berbau.
Jadi, bagaimana cara mengatasi bau keringat yang tidak enak? Menurut
Imran, cara menanggulanginya bisa dengan mengurangi jumlah bakteri yang
ada di permukaan kulit orang yang memiliki komponen lemak lebih banyak.
Dapat juga dengan mempersingkat proses oksidasi atau fermentasi oleh
bakteri di kulit. Misalnya dengan menggunakan deodoran.
Namun, lanjut Imran, ada beberapa orang yang memang memiliki bakat
memproduksi lemak keringat lebih banyak. Sama halnya seperti orang yang
berambut keriting, kulit wajah berminyak atau kering. Sehingga, tak
dapat dibantu hanya dengan deodoran saja. Ia harus menanamkan kesadaran
pada dirinya untuk lebih menjaga kebersihkan tubuh.
“Misalnya, lebih sering membersihkan ketiaknya saat berkeringat
dengan sabun atau tisu, jangan memakai baju ketat, dan hindari berat
badan berlebih. Gunakan baju yang longgar agar keringat di tubuh cepat
menguap dan kering.”
Untuk menghindari banyaknya bakteri di daerah yang lembap, Imran pun
tidak melarang orang mencukur bulu ketiaknya. Bulu ketiak berfungsi
menangkap keringat yang dapat mengakibatkan bau. Oleh karena itu,
mencukur bulu ketiak dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi bau
keringat.
BISA DEHIDRASI
Meski demikian, faktor bawaan pada seseorang yang memproduksi lemak
berlebih di dalam keringatnya, dapat berubah seiring penambahan usia.
Pada orang yang sudah berusia lanjut, kondisi kulit, kelenjar keringat,
dan komponen lemak keringatnya berbeda dengan orang usia muda.
Orang muda, tutur Imran, kulitnya masih bersifat lembap, cenderung
berminyak dan kencang. Setelah tua, kulit berubah menjadi lebih kering
dan keriput. Akibat perubahan umur ini kelenjar keringat ikut menciut
dan fungsinya jauh berkurang.
Kondisi yang berbeda ini membawa konsekuensi berbeda saat keringat
keluar dari tubuh. Kelenjar keringat yang masih aktif pada orang usia
muda, jika terlalu banyak memproduksi cairan keringat akan mengakibatkan
kekurangan cairan atau dehidrasi.
“Misalnya, pada orang yang banyak beraktivitas di luar ruang atau
berolah raga, tentu akan mengeluarkan banyak keringat. Keringat yang
keluar dari tubuh terlalu banyak tak cuma mengakibatkan dehidarasi,
tetapi tubuh juga akan kekurangan mineral,” terang Imran.
Agar tak sampai mengalami dehidrasi, kata Imran, harus diketahui
berapa volume air yang keluar setiap harinya dari dalam tubuh.
Sebaliknya, tubuh harus menyimpan sejumlah cairan di dalam tubuh agar
tidak kehilangan cairan dan mineral.
Volume cairan yang dikeluarkan tubuh atau IWL (insensible water loss)
pada lingkungan yang normal sekitar 2500-3000 cc per hari. Cairan itu
keluar melalui keringat, udara yang keluar bersama napas, air seni, dan
feses.
Misalnya, cairan tubuh keluar dari keringat 500 cc, air seni sekitar
50 cc (menghitung jumlah air seni yang keluar = 1cc x berat badan/
kilogram), feses 300cc. Setelah dijumlahkan, dalam sehari orang normal
bisa mengeluarkan cairan sekitar 2500 cc sampai 3000cc per hari.
Variasi manusia dalam mengeluarkan keringat dari dalam tubuhnya
berkisar 600-700 cc. Namun, bagi pekerja kasar atau olah ragawan,
keringat yang keluar dari tubuhnya bisa lebih dari ½ liter per hari.
Bagi pekerja kantoran atau ibu rumah tangga, kira-kira ½ liter atau 500
cc.
Jumlah ideal air yang harus dikonsumsi tubuh, harus disesuaikan
dengan cairan yang keluar. Oleh sebab itu, perbanyaklah minum, makan
buah atau jus, serta mengonsumsi makanan yang mengandung air atau
berkuah, seperti soto dan sup.
WASPADAI KERINGAT BERLEBIH
Apakah keringat berlebih bisa mengindikasikan penyakit yang lebih
serius? Menurut Imran, ada beberapa penyakit yang ditandai dengan
keluarnya keringat yang berlebih.
Misalnya hipertiroid, yaitu peningkatan dari hormon tiroid di dalam
darah. Gejala yang dirasakan antara lain jari tangan gemetar, lemas,
jantung berdebar, berkeringat banyak meski berada di suhu yang dingin,
badan semakin kurus meski makan dalam jumlah banyak. “Pada hipertiroid
stadium lanjut, dapat disetai diare terus menerus hingga menyebabkan
dehidrasi. Bahkan, di daerah leher terkadang disertai dengan pembesaran
kelenjar gondok.”
Pengobatan yang diberikan bagi penderita hipertiroid adalah dengan
menurunkan secara cepat kadar hormon tiroid dalam darahnya dengan obat
anti tiroid. “Yang patut diwaspasdai, komplikasi dari hipertiroid pada
stadium lanjut dapat mengancam jiwa. Sehingga, pada gejala yang berat
harus dirawat di rumah sakit.”
Selain hipertiroid, penyakit kencing manis pun bisa mengakibatkan
kekacauan dalam memerintahkan susunan syaraf otonom. Sehingga, di saat
kondisi tubuhnya tidak harus dalam keadaan berkeringat, kelenjar
keringatnya malah memproduksi banyak keringat.”
TIPS BEBAS BAU BADAN
1. Rajin membersihkan keringat. Keringkan segera daerah-daerah lembap
yang berkeringat dengan tisu, terutama jika memiliki ‘bakat’ banyak
keringat.
2. Jaga berat badan. Bagi yang memiliki tubuh gemuk, kurangi berat badan.
3. Jaga asupan makanan. Faktor makanan jelas mempengaruhi bau keringat.
Mengonsumsi makanan berlemak dapat menstimulasi produksi lemak keringat
menjadi lebih banyak, misalnya, keju, mentega, steik. Namun, bawang
ternyata tidak mengakibatkan bau badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar