Gangguan saluran cerna seperti muntah, diare, nyeri perut, sulit BAB
merupakan gejala penyakit yang sering dikeluhkan pada penderita anak.
Penyakit alergi tampaknya berperanan paling utama sebagai penyebab dalam
kasus tersebut. Alergi tampaknya dapat mengganggu semua organ atau
sistem tubuh kita tanpa terkecuali, khususnya saluran cerna. Gangguan
organ tubuh seperti saluran cerna sering kurang perhatian sebagai target
organ reaksi yang ditimbulkan dari alergi makanan. Selama ini yang
dianggap sebagai target organ adalah kulit, asma dan hidung. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan eliminasi makanan tertentu
pada anak gejala sulit BAB dapat membaik.
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan sulit
buang air besar adalah adalah dengan menghindari makanan penyebabnya.
Pemberian obat-obatan pencahar dalam jangka panjang adalah bukti
kegagalan dalam mengidentifikasi makanan penyebab alergi. Mengenali
secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat
penyebabnya, maka gejala alergi dapat dikurangi.
ALERGI MAKANAN
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri
menunjukkan bahwa angka kejadian alergi terus meningkat tajam beberapa
tahun terahkir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang cukup mendominasi
kunjungan penderita di klinik rawat jalan Pelayanan Kesehatan Anak.
Menurut survey rumah tangga dari beberapa negara menunjukkan penyakit
alergi adalah adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa
pasien berobat ke dokter keluarga.
IMATURITAS SALURAN CERNA
Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan
pelindung masuknya alergi ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung
dan enzim pencernaan menyebabkan rusaknya bahan penyebab alergi
(denaturasi allergen). Secara imunologik sIgA pada permukaan mukosa dan
limfosit pada lamina propia dapat menangkal allergen (penyebab alergi)
masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak saluran cerna masih imatur (belum
matang). Sehingga sistim pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal
berfungsi sehingga memudahkan alergen masuk ke dalam tubuh.
Saluran cerna adalah target awal dan utama pada proses terjadinya alergi
makanan. Karena penyebab utama adalah imaturitas (keitidak matangan)
saluran cerna maka gangguan pencernaan yang disebabkan karena alergi
paling sering ditemukan pada anak usia di bawah 2 tahun, yang paling
sensitif di bawah 3 bulan. Dengan pertambahan usia secara bertahap
imaturitas saluran cerna akan semakin membaik hingga pada usia 5 atau 7
tahun. Hal inilah yang menjelaskan kenapa alergi makanan khususnya sulit
buang air besar akan berkurang dengan pertambahan usia terutama di atas
5 atau 7 tahun. Meskipun demikian beberapa kasus bisa berlanjut pada
usia dewasa.
SULIT BUANG BESAR
Sulit buang besar biasanya ditandai dengan tidak buang air besar tiap
hari atau lebih yang berlangsung dalam jangka lama dan hilang timbul.
Sering disertai sulit buang besar ditandai sakit bila buang air besar,
ngeden, kotoran berwarna hitam, hijau, keras dan kadang berbentuk bulat
seperti kotoran kambing.
Gangguan sulit buang air besar biasanya bisa dideteksi sejak dini. Hal
ini dapat dicermati pada salah satu orangtua terutama yang mempunyai
wajah yang sama dengan anak juga mengalami sulit buang air besar atau
wasir. Pada bayi baru lahir hingga terutama hingga usia 3 bulan biasanya
ditandai tidak BAB tiap hari, hiccups (cegukan), sering “ngeden”,
meteorismus (kembung), muntah, sering flatus (buang angin), diare atau
kolik. Gejala ringan biasanya ditandai bayi sering hiccups atau cegukan
yang sering dan agak lama. Gejala ini disertai oleh gerakan seperti
mengejan (“ngeden”) pada perut. Biasanya anak tampak sering “mulet”
dengan gerakan tangan sering bergerak lurus ke atas dengan disertai
bunyi seperti mengejan di mulut dan perut mengeras. Kadang juga disertai
keluhan “ngeden” bila sedang buang air kecil. Bila buang air besar
tampak sulit (ngeden) padahal bentuk feses lembek atau bahkan cair.
Bila keluhan dalam derajat yang tidak ringan sering timbul kolik.
Gangguan kolik biasanya ditandai bayi sering rewel seperti kesakitan
atau menangis terus menerus tanpa sebab. . Gangguan ini biasanya lebih
sering terjadi pada malam. Gangguan inilah yang mengakibatkan bayi
sering tidak bisa tidur malam hari dan siang hari jam tidurnya sangat
panjang. Kolik diduga karena perut bayi mengalami nyeri dan sakit.
Penelitian yang dilakukan penulis, bayi yang mempunyai gejala kolik saat
usia 2 hingga 7 tahun beresiko terjadi keluhan sakit perut yang
berulang. Hal lain didapatkan penderita kolik beresiko terjadi gangguan
nyeri perut saat timbul demam.
Dalam buang air besarpun sering terjadi gangguan, biasanya sulit BAB
atau malahan diare. Dikatakan sulit BAB, selain “ngeden” biasanya bayi
tidak bisa BAB setiap hari. Sebaliknya bisa juga terjadi BAB yang
sering, pada bayi usia kurang 1 bulan frekuensinya lebih 4 kali perhari
atau usia di atas 1 bulan lebih dari 2 kali perhari. Bentuk feses
biasanya cair atau bahkan keras, berwarna hijau atau gelap dan berbau
tajam. Pada anak yang lebih besar tampilan kotoran feses yang terjadi
adalah bulat-bulat seperti kotoran kambing.
Pada lidah sering ditemukan berwarna putih kotor, perubahan itu terjadi
karena lidah merupakan bagian dari dari saluran cerna. Bila lidah
berubah warna harus diwaspadai sebagai tanda gangguan pada pencernaan.
Gangguan buang air besar dapat berupa sulit buang air besar (tidak
setiap hari) atau malahan sering buang air besar sebanyak 3 kali atau
lebih pada usia di atas 2 minggu .
Pada anak yang lebih besar dapat berupa nyeri perut berulang, sering
muntah, buang air besar (>2 kali perhari), gangguan buang air besar
(kotoran keras, berak, tidak setiap hari, berak di celana, berak
berwarna hitam atau hijau, berak ngeden), kembung, sulit berak, sering
flatus (buang angin), sariawan, mulut berbau dan lidah sering kotor
berbentuk pulau atau sariawan (geographic tongue).
GEJALA YANG MENYERTAI
Gangguan pada saluran cerna biasanya sering disertai oleh gangguan kulit
(dermatitis atopi) dan gangguan pada hidung. Tanda dan gejala alergi
pada kulit biasanya sudah dapat di deteksi sejak lahir. Bayi yang baru
lahir apabila sejak dalam kandungan sudah terpapar oleh pencetus alergi
tampak terdapat bintil dan bercak kemerahan dan kusam pada kulit dahi
dan wajah, kadang disertai timbulnya beberapa bintil kecil warna putih
di hidung. Pada bayi sering timbul dermatitis atopi di pipi, daerah
popok (dermatitis diapers) dan telinga, kadang dijumpai dermatitis
seboroikum atau timbul kerak di kulit kepala. Sering juga timbul bintik
kemerahan di sekitar mulut. Kadang timbul furunkel (bisul) di kepala dan
badan. Mata dan telinga sering gatal dan digosok-gosok. Karena sering
timbul gangguan kulit di sekitar leher dan kepala, seringkali disertai
pembesaran kelenjar kepala bagian belakang dekat telinga.
Pada anak yang lebih besar sering urticaria (gatal), miliaria (biang
keringat), bengkak di bibir, vaskulitis atau pembuluh darah yang pecah)
dengan gambaran lebam biru kehitaman seperti bekas terbentur, bercak ke
hitam seperti bekas digigit nyamuk.
Perbedaan lokasi alergi kulit sesuai dengan usia tertentu. Pada bayi
sering lokasi alergi sekitar wajah dan daerah popok, pada usia anak
lokasi tersebut biasanya berpindah pada darerah lengan dan tungkai.
Sedangkan pada anak yang lebih besar atau usia dewasa lokasi alergi
kulit biasanya pada pelipatan dalam antara lengan atas dan bawah atau
pelipatan dalam antara tungkai atas dan bawa. Pada anak di bawah 2
tahun, tanda yang paling sensitif untuk mengetahui bahwa gangguan
saluran cerna itu terjadi adalah adanya gangguan tidur malam. Artinya
bila gangguan tidur malam itu sering terjadi disertai gangguan saluran
cerna maka harus diwaspadai adanya makanan alergi yang masih
terkonsumsi.
Mulut adalah termasuk salah satu bagian dari sistim saluran cerna. Bila
saluran cerna terganggu karena alergi makanan biasanya tampak juga
gangguan pada organ tubuh di daerah mulut di antaranya lidah, gigi dan
bagian di rongga mulut lainnya.
Pada bayi lidah sering tampak kotor berwarna putih (like moniliasis
symptoms) , gejala ini mirip gangguan jamur pada lidah atau moniliasis
sejenis jamur pada mulut. Bedanya pada alergi warna putih hanya tipis
dan tidak terlalu tebal, namun pada moniliasis tampak lebih tebal. Bila
gangguan tersebut karena jamur biasanya dengan obat tetes mulut jamur
akan cepat membaik, namun bila karena alergi biasanya diberi obat jamur
tetap tidak akan membaik dan tetap sering timbul. Bila karena alergi
sebaiknya tidak perlu diberi obat jamur, namun cukup dibersihkan dengan
kasa basah.
Pada anak yang lebih besar gangguan alergi bisa menimbulkan sariawan
atau luka (aphtous ulcer) pada lidah dan mulut yang sering berulang.
Biasanya juga disertai lidah kotor mirip gambaran pulau-pulau atau
geographic tounge).
Gangguan lain adalah timbulnya nyeri gigi atau gusi yang bukan di
sebabkan karena infeksi atau gigi berlubang. Gangguan ini biasanya
sering dianggap sebagai impacted tooth (gigi yang tumbuhnya miring).
KELUHAN SULIT BUANG AIR BESAR TIMBUL SAAT TIMBUL INFEKSI
Bila pada anak didapatkan gejala infeksi dengan keluhan demam, batuk
atau pilek maka sering didpatkan gangguan sulit buang air besar dapat
terjadi. Penderita yang sebelumnya mempunyai riwayat gangguan sulit
buang air besar, akan mengalami gangguan sulit buang air besar bila
sedang mengalami demam atau infeksi apapun pada tubuhnya. Misalnya, saat
infeksi tenggorokan disertai sakit perut, saat demam tinggi disertai
sulit buang air besar. Keadaan seperti ini sering dikaitkan dengan
pemberian obat saat sakit, padahal gangguan tersebut belum tentu karena
pemberian obat,
KOMPLIKASI
Bila terjadi gangguan saluran cerna, komplikasi yang sering terjdi
adalah berak darah, kesulitan makan, timbul benjolan kecil di daerah
anus bila berkelanjutan beresiko wasir (ambein) dan gangguan perilaku
anak.
Banyak kasus sulit buang besar mengalami overtreatment atau terapi
berlebihan dan jangka panjang dengan pemberian obat pencahar baik
melalui oral (minum) atau melalui anus.
Beberapa kasus penderita sulit buang air besar mengalami overdiagnosis
sebagai penyakit hirschprung. Overdiagnosis artinya belum terbukti
sebagai penyakit hirschprung tetapi divonis dan dioperasi sebagai
penyakit tersebut. Penyakit hirschprung adalah gangguan sulit buang air
besar yang disebabkan karena tidak adanya ganglion atau persarafan usus
besar di daerah sekitar anus. Gangguan ini harus dipastikan dengan
biopsi dan harus dilakukan operasi untuk menghilangkan sebagian usus.
Penulis pernah mendapatkan beberapa penderita yang divonis sebagai
penyakit hirschprung karena berdasarkan pemeriksaan foto barium dan
harus melakukan operasi. Saat dilakukan eliminasi beberapa makanan
penyebab alergi ternyata gangguan kesulitan buang air besar tersebut
tersebut dapat membaik. Berdasarkan pengalaman tersebut sebaiknya bila
diagnosis hirscprung meragukan atau tampilan klinisnya tidak jelas
sebaiknya harus dipikirkan dahulu apakah faktor alergi berperanan dalam
kasus tersebut.
Gangguan sulit buang air besar sering berkaitan dengan kesulitan makan
pada anak. Penulis telah mengadakan penelitian terhadap 45 kasus anak
sulit makan dan sulit buang air besar, Setelah dilakukan elimnasi
makanan penyebab alergi makanan selama 3 minggu, didapatkan perbaikkan
sulit makan dan buang air besar secara bersamaan.
Alergi pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi
yang mungkin bisa terjadi. Terakhir terungkap bahwa alergi ternyata bisa
mengganggu fungsi otak, sehingga sangat mengganggu perkembangan anak
Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup
berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh
kita termasuk gangguan fungsi otak. Gangguan fungsi otak itulah maka
timbul ganguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan
hiperaktifitas, gangguan emosi, gangguan perkembangan motorik, gangguan
tidur malam, gangguan konsentrasi hingga memperberat gejala ADHD dan
Autis.
Gangguan pencernaan inilah yang bisa mengakibatkan rangsangan atau
gangguan ke otak meningkat. Gangguan ke otak itu sendiri banyak
menimbulkan keluhan perkembangan dan perilaku pada anak. Sehingga
sekecil apapun gangguan pencernaan tersebut timbul berulang maka harus
diwaspadai lebih dini. Hal itu akan diungkap selanjutnya lebih jelas.
DIAGNOSIS ALERGI MAKANAN DAN SULIT BUANG AIR BESAR
Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu
anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang
cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan
gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.
Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi
makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge =
DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari
penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit
dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.
Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara
itu. Children Allergy Center Rumah Sakit Bunda Jakarta melakukan
modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif.
Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi
Makanan Terbuka Sederhana”. Bila setelah dilakukan eliminasi beberapa
penyebab alergi makanan selama 3 minggu didapatkan perbaikan dalam
gangguan sulit buang air besar tersebut, maka dapat dipastikan
penyebabnya adalah alergi makanan.
PENANGANAN
Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan dengan gangguan sulit
buang air besar adalah adalah dengan menghindari makanan penyebabnya.
Pemberian obat-obat anti alergi dan obat untuk saluran cerna dalam
jangka panjang adalah bukti kegagalan dalam mengidentifikasi makanan
penyebab alergi. Pada beberapa kasus sulit buang air besar pada bayi
yang mengkonsumsi ASI, harus diperhatikan konsumsi diet ibu yang dapat
mempengaruhi gangguan pada bayi. Bila sudah dilakukan intervensi atau
pengaturan diet pada ibu dan gangguan sulit buang air besar tetap ada
biasanya gangguan tersebut akan membaik setelah pemberian makanan. Dalam
kasus terakhir ini diduga faktor kadar laktosa ASI yang tinggi
berpengaruh pada gangguan tersebut.
Mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat
penyebabnya, maka gejala alergi dan gangguan perilaku yang menyertai
dapat dihindari. Deteksi gejala alergi makanan khususnyagangguan sulit
buang air besar pada anak harus dilakukan sejak dini. Sehingga pengaruh
alergi makanan terhadap gangguan tersebut dapat mencegah komplikasi atau
gangguan perilaku yang dapat ditimbulkannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar