Tak Perlu Ragu Imunisasi
Para ibu seharusnya tahu bahwa imunisasi dapat mencegah berbagai macam penyakit yang hendak menyerang balitanya. Karena faktanya banyak penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi. Jadi imunasasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh para ibu agar bayi kebal ari berbagai macam penyakit.
Karena itu jangan ragu untuk membawa anak balita anda ke rumah sakit, puskesmas ataupun posyandu untuk melakukan imunisasi.
Beberapa kuman penyakit memang telah
mampu ‘diusir’ dari muka bumi sehingga tak lagi menjangkiti manusia,
namun demikian anak-anak tetap harus di imunisasi. Hal ini karena tidak
semua kuman dapat di usir (dieradikasi), seperti kuman penyakit penyebab
tuberculosis misalnya.
Di Indonesia, kuman TBC termasuk sebagai
kuman yang menempati peringkat tertinggi yang menyerang anak-anak dan
orang dewasa. Oleh karena itu bayi kita wajib mendapatkan imunisasi atau
vaksinasi sebelum berusia 3 bulan, demikian pula dengan vaksinasi untuk
kuman penyakit Hepatitis B yang harus diberikan sebelum bayi berusia
tujuh hari.
Hingga kini banyak orangtua yang belum
memahami secara benar bahwa beberapa imunisasi harus diberikan secara
berulang, lengkap dan tuntas. Pengulangan ini dimaksudkan agar kekebalan
bayi terhadap penyakit tertentu dapat maksimal. Pengulangan imunisasi
biasanya dilakukan setelah bayi berumur satu tahun, tetapi ada beberapa
vaksin yang tak perlu diulang seperti vaksin BCG
Beberapa vaksin yang harus diulang
pemberiannya adalah vaksin hepatitis B yang diberikan 3 kali pada saat
anak masih bayi. Vaksin DPT harus diulang pada usia 1 tahun 6 bulan, 5
tahun dan 10 tahun.
Imunisasi campak dapat diul ng dengan
MMR (campak gondong dan campak jerman) enam bulan setelah mendapatkan
imunisasi campak. Imunisasi ini bisa juga diberikan pada saat anak
berusia enam atau tujuh tahun (anak masuk sekolah dasar).
Demikian juga dengan vaksin polio yang
harus diulang bersamaan dengan pemberian vaksin DPT sampai usia anak
mencapai 5 tahun. “ Jika vaksin terlambat diberikan hingga usia anak
melewati 5 tahun, maka vaksinasi ulangan yang diberikan bukan DPT
melainkan vaksin TD yang berisi vaksin Difteri yang kandungannya lebih
rendah daripada yang diberikan semasa bayi, hal ini untuk mengurangi
gejala samping,” ujar Dr. Hindra Irawan Satari Sp.S (K), Dokter
Spesialis Anak, Konsultan Penyakit Infeksi dan Pediatri Tropis RS Pondok
Indah Jakarta
Saat ini banyak vaksin lain yang beredar
di Indonesia seperti Rotavirus, Influenza, cacar air (Varisela),
Hemofilus influenza tipe B (HiB), Pnemokokus (PCV), Hepatitis A, Tifoid,
Human Papiloma virus (HPV) dan Meningokokus.
Vaksin kekebalan terhadap beberapa kuman
penyakit sesungguhnya bisa diproduksi secara alami oleh tubuh, namun
untuk mendapatkan kekebalan tersebut, manusia harus terserang kuman
penyakit. Nah, pemberian vaksin dimaksudkan untuk mendapatkan kekebalan
tubuh tanpa harus mengalami sakit terlebih dahulu
Berbagai pendapat yang keliru tentang
imunisasi di berbagai saluran media massa belakangan ini dipandang akan
mengganggu kemajuan program imunisasi di Indonesia. Saat ini, cakupan
imunisasi di Indonesia baru mencapai 74 persen, padahal tahun 2014
ditargetkan 100 persen.
Imunisasi, menurut dokter spesialis anak
dan konsultan, dr.Badriul Hegar, telah terbukti secara sahih dan ilmiah
dapat mencegah penyakit-penyakit infeksi.
Pemberian imunisasi juga sudah diamanatkan dalam Undang-undang RI
No.36 tahun 2009. Selain itu, Konvensi Hak Anak yang sudah diratifikasi
Indonesia tahun 1990 juga sudah mencantumkan imunisasi sebagai bagian
dalam mensejahterakan anak.“Mengapa harus ragu dengan imunisasi?, bukti-bukti ilmiah sudah banyak yang membuktikan efektivitasnya. Malah fakta menunjukkan banyak sekali wabah terjadi karena cakupan imunisasi yang rendah,” kata Badriul, dalam acara seminar media yang diadakan dalam rangka Simposium Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) ke-3 di Jakarta, Selasa (10/7/2012).
Badriul juga mengkritisi tindakan sejumlah pihak yang mencoba menyebarkan informasi keliru tentang imunisasi.
“Kalau masih ragu dengan imunisasi dan didukung bukti ilmiah, mungkin memang perlu dikaji kembali kebijakan imunisasi selama ini. Tapi jika tidak bisa dipertanggung jawabkan, itu namanya menentang program imunisasi. Seharusnya ada sanksinya,” paparnya.
Dokter yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia itu menegaskan bahwa menghalangi imunisasi sama saja dengan menempatkan anak pada lingkungan yang mengancam jiwa.
“Pandangan yang keliru tentang imunisasi ini membuat keresahan di masyarakat dan ketidaknyamanan praktisi kesehatan dalam menjalankan tugasnya,” imbuhnya.
Karena itu dalam upaya pemeliharaan kesehatan anak orangtua seharusnya lebih dicerdaskan lagi. “Masih banyak anak Indonesia meninggal karena penyakit yang seharusnya tidak perlu terjadi,” katanya.
Yang perlu diiangat dan hal yang cukup
penting adalah, pemberian vaksin harus dilakukan sesuai usia, agar efek
perlindungan yang terjadi menjadi semakin tinggi, jadi jangan lupa
imunisasi ya bu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar